Menjelangbulan Ramadhan, Dinas Sosial DKI kembali menertibkan penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS) seperti gelandangan dan pengemis (gepeng).
AllahSwt. juga berfirman dalam surat an-Nisa ayat 9 yang artinya “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan dibelakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar”
Beberapahari yang lalu, kau membagikan pesan berisi pranala yang tertaut ke sebuah situs pribadi milik seorang senior di kampusmu yang juga merangkap menjadi kawanmu. Dari puluhan daftar kontak yang dipilih acak olehmu, aku termasuk ke dalam penerima yang langsung membukanya. Aku membaca habis isi cerpen yang mirip anti-cerpen atau sebaliknya itu
Olehsebab itu, jika memiliki kemudahan, UAS menyarankan untuk menyiapkan uang sebagai bentuk persiapan menuju bulan Ramadhan. Uang tersebut nantinya akan digunakan untuk beramal sedekah, yaitu memberi makan fakir miskin, anak yatim atau yang membutuhkan lainnya. "Itulah (sedekah) yang menolong di hadapan Allah," kata UAS.
isi_buku_10“REGULASI BARU DESA BARU Ide, Misi, DanSemangat UU Desa”.pdf
Amirsyahmenjelaskan, fatwa haram yang dikeluarkan MUI Sulsel sebagai upaya pencegahan. Sementara untuk mengatasi masalah pengemis merupakan tugas pemerintah. “Fatwa MUI sebenarnya hanya dalam bentuk mencegah, adapun mengatasinya ya tugas pemerintah. Sebab, pemerintah diberi kewenangan oleh konstitusi untuk mengatasi
nBN6. Kompas TV nasional sosial Kamis, 4 November 2021 1938 WIB Manteri Sosial Tri Rismaharini atau kerap dipanggil Risma mendukung putusan MUI Sulsel soal fatwa yang menghramkan memberikan uang ke pengemis. Sumber Dok Kementerian Sosial JAKARTA, - Menteri Sosial Mensos Tri Rismaharini atau yang akrab disapa Risma ini, mengaku mendukung keputusan Majelis Ulama Indonesia MUI Sulawesi Selatan ihwal fatwa yang mengharamkan memberikan uang kepada pengemis di jalan. Risma menuturkan keputusan tersebut sudah tepat dan sesiao dengan syariat islam. "Saya pikir itu fatwa haram benar, di dalam agama pun kita sebaik-baiknya manusia itu tangan kita di atas, bukan di bawah," kata Risma di sela-sela kunjungan kerja di Pontianak, Kalimantan Barat, Kamis 4/11/2021. Mantan Wali Kota Surabaya ini juga menilai banyak pengemis yang tidak mau susah payah dan lebih memilih untuk meminta-minta di jalan, padahal mereka mampu bekerja. Terkadang, kata dia, beberapa pengemis ditemukan memiliki kendaraan roda empat hingga rumah. "Kadang malah kita pernah lihat mereka punya mobil, rumahnya bagus, tapi kemudian mereka tidak mau susah payah dan mereka harus memaksakan meminta," jelasnya. Lebih lanjut, Risma mengaku saat dirinya masih menjabat sebagai Wali Kota Surabaya juga sempat menemukan pengemis yang berpura-pura menjadi disabilitas untuk menarik simpati. "Kalau aku di Surabaya tak kejar itu, pura-pura kakinya buntung, pernah tak kejar, ternyata kakinya dilipat, diikat gitu seolah-olah buntung. Ya kan, sudah nipu, tangannya di bawah lagi meminta," ungkapnya. Baca Juga MUI Sulsel Terbitkan Fatwa, Haram Memberi Uang ke Pengemis di Jalanan Meski mendukung fatwa tersebut, namun, Risma mengungkapkan akan tetap membantu Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS, mengingat hal itu sudah menjadi bagian tugas pemerintah. "Jadi kalau memang mereka tidak mampu itu memang tugas pemerintah seperti dalam agama kewajiban kita, fakir miskin, anak yatim begitu, tapi kalau dia mampu bekerja ya dia harus bekerja," kata Risma. Diberitakan sebelumnya, MUI Sulsel telah menerbitkan Fatwa nomor 01 tahun 2021 bertajuk Eksploitasi dan Kegiatan Mengemis di Jalanan dan Ruang Publik. MUI Sulsel menekankan haram memberi uang pada pengemis di jalanan dan di ruang publik. Dalam fatwa ini ada tiga ketetapan, yakni haram mengeksploitasi orang untuk meminta minta. Haram memberi kepada pengemis di jalanan dan ruang publik, karena mendukung pihak yang mengeksploitasi pengemis. Serta haram hukumnya jika yang bersangkutan mengemis memiliki fisik yang utuh dan sehat serta lantaran faktor malas bekerja. Fatwa ini dikeluarkan atas pertimbangan dari laporan masyarakat dan pengamatan tim Komisi Fatwa MUI jika kegiatan mengemis sangat meresahkan dan menganggu ketertiban umum. Baca Juga Wahai Konten Kreator, Simak Fatwa MUI Sulsel tentang Eksploitasi Kemiskinan, Hati-Hati! Sumber Kompas TV BERITA LAINNYA
Pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya — Kunci Jawaban untuk TTS Cari - kunci TTS Cari - Jawaban TTS Sistem kami menemukan 1 jawaban utk pertanyaan TTS.
NilaiJawabanSoal/Petunjuk INFAK Memberi Uang Ke Fakir Miskin SEDEKAH Memberi Uang Ke Fakir Miskin DERMA Memberi Uang Ke Fakir Miskin MENYANTUN ...ntu serta ~ fakir miskin adalah kewajiban kita semua; 2 menyokong meringankan kesusahan orang; menolong; 3 memberi bantuan tujuan mendirikan yayasa... ZAKAT Harta yang wajib dikeluarkan umat Islam untuk diberikan kepada fakir miskin AMAL ...buat kebaikan thd masyarakat atau sesama manusia memberi derma, mengumpulkan dana untuk membantu korban bencana alam, penderita cacat, orang jompo, a... GEMBEL Fakir miskin MERENTENI Memberi bunga uang BAYAR Memberi uang untuk tujuan membeli DUAFA Fakir, orang miskin, orang papa KERE Miskin SAWER Memberi uang kepada biduan dangdut di panggung SOKONG Membantu, memberi bantuan uang, tenaga, dan sebagainya JUAL Memberi barang pada orang untuk diganti uang MENYEWAKAN Memberi pinjam sesuatu dengan memungut uang sewa; IBA Salah satu alasan kita mau memberi pengemis uang RENTENIR Orang yang memberi pinjaman uang dengan bunga yang tinggi MEMBUNGAI 1 menghiasi dengan bunga; memperindah; 2 memberi bunga uang; KASIHAN Salah satu alasan kita memberi uang ke pengemis di jalan PENDERMA 1 orang yang memberiderma ia murah hati; suka memberi uang; LABUR, MELABUR Memberi makan atau uang makan kpd pekerja; memberi perbekalan modal dsb; REVALUASI Penilaian kembali tt harga atau nilai mata uang; memberi nilai baru MENCAMPAK Melempar; membuang; ~ jala menebarkan jala; ~ uang menaburkan uang untuk orang miskin; MENALANGI 1 memberi pinjaman uang untuk membayar sesuatu; 2 membelikan barang dengan membayar kemudian; AJOLI Pihak pengantin laki-laki yang tidak dibukakan pintu jika tidak memberi uang kepada penjaga pintu
NilaiJawabanSoal/Petunjuk SEDEKAH Pemberian sesuatu kepada fakir miskin atau yang berhak menerimanya DERMA Memberikan Uang Ke Fakir Miskin INFAK Memberi Uang Ke Fakir Miskin HIBAH Pemberian yang dilakukan oleh seseorang yang masih hidup kepada pihak lain GEMBEL Fakir miskin ZAKAT Jumlah harta tertentu yang wajib dikeluarkan oleh umat muslim kepada orang yang berhak USUR Sepersepuluh dari harta yang jadi perkara, diberikan kepada orang-orang yang berhak menerimanya AMAL 1 perbuatan baik atau buruk -nya sangat tidak terpuji; ia dihormati orang karena -nya yang baik bukan karena kedudukan atau kekayaan; 2 perbua... JEDOT Mengantukkan kepala kepada sesuatu TAKHAYUL Kepercayaan kepada sesuatu yang gaib DOA Memohon sesuatu kepada allah swt DUAFA Fakir, orang miskin, orang papa AMANAT Sesuatu yang dipercayakan kepada orang lain AMANAH Sesuatu yang dipercayakan atau dititipkan kepada orang lain RAPOR Laporan resmi kepada yang wajib menerimanya HADIAH Pemberian UNTUK Kepada KERE Miskin RAHASIA Sesuatu yang tidak boleh diberitahukan kepada siapapun SUATU Sesuatu DANA Pemberian LANGGAS Tidak terikat pada sesuatu atau kepada seseorang; bebas HIDUPSENGSARA Miskin PERSEN Pemberian ANUGERAH Pemberian
Orang yang tidak mampu berpuasa secara permanen, seperti orang tua renta, orang sakit parah yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya dan lain-lain, mendapat keringanan meninggalkan puasa Ramadhan—ia pun tidak diharuskan mengqadha di waktu lain. Sebagai gantinya, mereka diwajibkan membayar fidyah/kafarat denda. Menurut mazhab Syafi’i, fidyah yang wajib dikeluarkan adalah satu mud 675 gram/6,75 ons per hari puasa yang ditinggalkan, berupa makanan pokok daerah setempat, dalam konteks Indonesia adalah beras. Bila satu bulan penuh berarti 30 mud gram atau 20,25 kilogram beras. Fidyah tersebut diberikan kepada fakir miskin. Di era milenial ini, banyak orang memilih membayar fidyah dalam bentuk uang. Alasannya beragam, misalnya pertimbangan kepraktisan, lebih dibutuhkan fakir miskin, dan lain-lain. Menurut fiqih, bagaimana hukum membayar fidyah dalam bentuk uang? Menurut tiga mazhab—Maliki, Syafi’i dan Hanbali—tidak diperbolehkan menunaikan fidyah dalam bentuk uang. Fidyah menurut pendapat mayoritas ini harus ditunaikan dalam bentuk makanan pokok daerah setempat. Pendapat ini berlandaskan pada nash-nash syariat yang secara tegas memang memerintahkan untuk memberi makan fakir miskin, bukan memberi uang. Syekh Wahbah al-Zuhaili menegaskan ولا تجزئ القيمة عندهم أي الجمهور في الكفارة، عملاً بالنصوص الآمرة بالإطعام “Mengeluarkan nominal makanan tidak mencukupi menurut mayoritas ulama di dalam kafarat, sebab mengamalkan nash-nash yang memerintahkan pemberian makanan.” Syekh Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 9, hal. 7156. Di dalam referensi lain, diterangkan ولا يجوز إخراج القيمة عند الجمهور غير الحنفية عملا بقوله تعالى فكفارته إطعام عشرة مساكين وقوله سبحانه فإطعام ستين مسكينا. “Tidak boleh mengeluarkan nominal makanan menurut mayoritas ulama selain Hanafiyyah, sebab mengamalkan firman Allah; maka kafaratnya adalah memberi makan sepuluh orang miskin; dan firman Allah; maka wajib memberi makan enam puluh orang miskin.” Jamaah Ulama Kuwait, al-Mausu’ah al-Fiqhiyyah, juz 35, hal. 102. Pandangan berbeda diutarakan oleh ulama mazhab Hanafi. Menurut mereka, fidyah boleh dibayarkan dalam bentuk uang. Ulama Hanafiyyah cenderung lebih longgar memahami teks-teks dalil agama yang mewajibkan pemberian makan kepada fakir miskin. Menurutnya, maksud pemberian makanan untuk fakir miskin adalah memenuhi kebutuhan mereka, dan tujuan tersebut bisa tercapai dengan membayar qimah nilai nominal harta yang sebanding dengan makanan. Syekh Wahbah al-Zuhaili menjelaskan ويجوز عندهم دفع القيمة في الزكاة، والعُشْر، والخَراج، والفِطْرة، والنَّذْر، والكفارة غير الإعتاق. وتعتبر القيمة يوم الوجوب عند الإمام أبي حنيفة، وقال الصاحبان يوم الأداء. ...إلى أن قال... وسبب جواز دفع القيمة أن المقصود سد الخلَّة ودفع الحاجة، ويوجد ذلك في القيمة. “Boleh menurut Hanafiyyah memberikan qimah di dalam zakat, harta sepersepuluh, pajak, nazar, kafarat selain memerdekakan. Nominal harta dianggap saat hari wajib menurut Imam Abu Hanifah, dan berkata dua murid Imam Abu Hanifah, dipertimbangkan saat pelaksanaan. Sebab diperbolehkan menyerahkan qimah bahwa yang dituju adalah memenuhi kebutuhan dan hal tersebut bisa tercapai dengan qimah.” Syekh Wahbah al-Zuhaili, al-Fiqh al-Islami wa Adillatuhu, juz 9, hal. 7156. Yang perlu diperhatikan adalah konsep makanan pokok versi Hanafiyyah yang tidak sama dengan mazhab lain, baik dari segi jenisnya ataupun kadarnya. Karena itu nilai nominalnya qimah pun menjadi berbeda dari mazhab-mazhab lain. Menurut perspektif Hanafiyyah, makanan yang menjadi standar adalah terbatas pada jenis-jenis makanan yang dinash dalam hadits Nabi, yaitu kurma, al-burr gandum, anggur dan al-sya’ir jewawut. Hanafiyyah tidak memakai standar makanan pokok sesuai daerah masing-masing. Adapun kadarnya adalah satu sha’ untuk jenis kurma, jewawut, dan anggur menurut sebagian pendapat, kadarnya anggur adalah setengah sha’. Sedangkan untuk gandum adalah setengah sha’. Ukuran satu sha’ menurut Hanafiyyah adalah 3,25 kilogram hitungan versi Syekh Muhammad Hasan Muhammad Hasan Isma’il, editor kitab Mukhtashar al-Fatawa al-Mahdiyyah cetakan Dar al-Kutub al-Ilmiyyah-Beirut, berarti setengah sha’ adalah 1,625 kg. Dengan demikian, cara menunaikan fidyah dengan uang versi Hanafiyyah adalah nominal uang yang sebanding dengan harga kurma, anggur, atau jewawut, seberat 3,25 kilogram untuk per hari puasa yang ditinggalkan, selebihnya mengikuti kelipatan puasanya. Bisa juga memakai nominal gandum seberat 1,625 kg untuk per hari puasa yang ditinggalkan, selebihnya mengikuti kelipatan puasanya. Penjelasan mazhab Hanafi di antaranya disampaikan dalam referensi berikut ini "ويجوز الفطر لشيخ فان وعجوز فانية" سمي فانيا لأنه قرب إلى الفناء أو فنية قوته وعجز عن الأداء "وتلزمهما الفدية" وكذا من عجز عن نذر الأبد لا لغيرهم من ذوي الأعذار "لكل يوم نصف صاع من بر" أو قيمته بشرط دوام عجز الفاني والفانية إلى الموت “Boleh berbuka puasa bagi laki-laki dan perempuan tua yang sirna. Disebut sirna karena hampir meninggal atau telah sirna kekuatannya. Dan Ia yang lemah dari melaksanakan puasa, serta wajib keduanya membayar fidyah. Demikian pula bagi orang yang lemah dari nazar berpuasa seumur hidup, bukan untuk selain mereka dari orang-orang yang memiliki uzur. Setiap hari adalah separuh sha’ dari gandum atau nominalnya dengan syarat permanennya ketidakmampuan laki-laki dan perempuan tua hingga meninggal dunia.” قوله "لكل يوم نصف صاع" لو قال وتلزمهما الفدية كالفطرة لكان أخصر وأشمل قوله "بشرط دوام عجز الفاني والفانية" فمن قدرا قضيا “Ucapan Syekh Hasan, Setiap hari adalah separuh sha’, andai beliau mengatakan; dan wajib bagi keduanya membayar fidyah seperti zakat fitrah, maka lebih ringkas dan mencakup. Ucapan Syekh Hasan, dengan syarat permanennya ketidakmampuan laki-laki dan perempuan sirna, barang siapa dari kedunya mampu berpuasa, maka wajib mengqadha’.” Syekh Ahmad bin Muhammad al-Thahthawi al-Hanafi, Hasyiyah ala Maraqil Falah, hal. 688. Referensi di atas menjelaskan bahwa konsep fidyah sama dengan zakat fitrah, dari segi ukuran, standar makanan yang dikeluarkan dan kebolehan mengeluarkan qimah. Dalam kitab yang sama di dalam bab zakat fitrah, dijelaskan sebagai berikut وهي نصف صاع من بر أو دقيقه أو صاع تمر أو زبيب أو شعير وهو ثمانية أرطال بالعراقي ويجوز دفع القيمة وهي أفضل عند وجدان ما يحتاجه لأنها أسرع لقضاء حاجة الفقير وإن كان زمن شدة فالحنطة والشعير وما يؤكل أفضل من الدراهم “Zakat fitrah adalah separuh sha’ dari al-Burr atau tepungnya atau satu sha’ kurma, anggur atau al-Sya’ir, yaitu delapan Rithl Irak. Boleh menyerahkan nominal dan lebih utama ketika tidak ditemukan makanan yang dibutuhkan, sebab lebih cepat memenuhi kebutuhan fakir, bila di musim paceklik, maka lebih utama gandum Hinthah dan Sya’ir. Apa yang dimakan lebih utama dari pada dirham-dirham.” قوله "ويجوز دفع القيمة" قال في التنوير وجاز دفع القيمة في زكاة وعشر وخراج وفطرة ونذر وكفارة غير الاعتاق اهـ “Ucapan Syekh Hasan, boleh menyerahkan nominal, berkata di kitab al-Tanwir, boleh menyerahkan nominal di dalam zakat, harta sepersepuluh, pajak, zakat fitrah, nadzar dan kafarat selain memerdekakan.” Syekh Ahmad bin Muhammad al-Thahthawi al-Hanafi, Hasyiyah ala Maraqil Falah, hal. 724. Perbedaan pendapat mengenai kadar berat anggur dijelaskan oleh Syekh Muhammad bin Ali al-Hanafi sebagai berikut ـ نصف صاع فاعل يجب من بر أو دقيقه أو سويقه أو زبيب وجعلاه كالتمر، وهو رواية عن الإمام وصححه البهنسي وغيره. وفي الحقائق والشرنبلالية عن البرهان وبه يفتى أو صاع تمر أو شعير ولو رديئا وما لم ينص عليه كذرة وخبز يعتبر فيه القيمة “Wajib separuh sha’ dari gandum, tepungnya, sagonnya atau anggur. Dua santri Imam Abu Hanifah menjadikan anggur seperti kurma kadarnya satu sha’, ini adalah sebagian riwayat dari Imam Abu Hanifah, disahihkan oleh al-Bahnasi dan lainnya. Di dalam kitab al-Haqaiq dan al-Syaranbalaliyyah dari al-Burhan disebutkan, pendapat itu yang difatwakan. Atau wajib satu sha’ kurma atau jewawut, meski berkualitas rendah. Adapun yang tidak dinash seperti jagung dan roti, dipertimbangkan di dalamnya nominal makanan yang dinash.” Syekh Muhammad bin Ali al-Hanafi, al-Dur al-Mukhtar, juz 2, hal. 364. Demikianlah penjelasan mengenai penunaian fidyah dengan uang. Yang paling inti adalah, saat mengamalkan pendapat yang membolehkan, harus juga diikuti secara utuh konsep-konsepnya, agar tidak terjadi campur aduk pendapat yang dilarang. Ustadz M. Mubasysyarum Bih, Dewan Pembina Pondok Pesantren Raudlatul Quran, Geyongan, Arjawinangun, Cirebon, Jawa Barat.
memberi uang ke fakir miskin tts